Kitou Aya adalah seorang gadis SMU yang mengidap penyakit Spinocerebellar Atrophy. Penyakit ini menyebabkan penderita kehilangan kendali atas seluruh badannya. Karena penderita tidak kehilangan fungsi otaknya, penyakit ini membuat penderita seperti berada di penjara. Melalui perjuangannya, Aya menemukan kata-kata yang menginspirasinya untuk menjadi kuat dan membantu menghadapi penyakitnya serta menginspirasi banyak pembaca untuk mengatasi kesulitan mereka. Inilah kisahnya.
Bab I – 14 Tahun (1976-1977) Keluargaku Mary MatiHari ini hari ulang tahunku. Betapa aku sudah bertambah besar!
Kupikir aku harus berterimakasih pada papa dan mama.
Aku bertekad untuk mendapatkan nilai yang lebih baik dan menjadi lebih sehat sehingga aku tidak membuat mereka sedih. Ini adalah beberapa alasan mengapa aku ingin menikmati usia dewasaku. Aku tidak ingin memiliki penyesalan di masa depan.
Lusa aku akan pergi kemping. Aku harus menyelesaikan PR-ku sebelumnya jika tidak aku akan merasa terbebani karenanya. Lanjutkan, Aya!
Tiger, anjing galak di sebelah rumah, menggigit leher Mary dan dia mati. Tiger itu anjing yang besar, tapi Mary sangat kecil. Mary mendekati Tiger sambil mengibaskan ekornya untuk menunjukkan keramahannya.
“Mary, jangan! KEMBALI!” Aku berteriak dengan putus asa, tapi.. Mary mati tanpa bisa bersuara. Kejadian ini pasti membuatnya sangat frustasi. Jika dia tidak terlahir sebagai anjing, dia tidak akan mati secepat ini. Mary, di manapun kau berada, semoga kau bahagia.
Rumah baru kami sudah selesai. Kamar besar di sisi timur di lantai dua seperti kastil buatku dan adik perempuanku, Ako. Langit-langitnya berwarna putih dan dindingnya coklat kayu. Pemandangan dari jendela terlihat berbeda dari yang biasanya kulihat. Aku sangat senang kami bisa memiliki kamar sendiri. Tapi kamar kamar yang besar membuatku sedikit merasa kesepian. Aku ragu apakah aku bisa tidur malam ini?
Memulai perubahan!
1. Aku akan mengenakan t-shirt dan celana panjang (lebih nyaman untuk bergerak).
2. Pekerjaan sehari-hari untuk dilakukan:
- menyiram kebun
- mencabut rumput liar
- memeriksa apakah ada serangga dibalik daun tomat yang kutanam
- memeriksa daun krisan dari kutu dan jika ada segera menyingkirkannya.
3. Tidak menunda mengerjakan PR.
4. Selain itu, aku harus mencatat apa yang terjadi setiap hari di diariku.. tanpa lalai.
Aku memerintah diriku sendiri untuk melakukan semuanya.
Papa: 41 tahun. Beliau kurang sabaran, tapi baik.
Mama: 40 tahun. Aku menghormatinya, tapi beliau sangat keras ketika berterus terang.
Aku: 14 tahun. Awal masa remaja. Usia yang ringkih. Jika kugambarkan diriku dalam satu kata, maka itu adalah cengeng. Moody-an. Gadis yang lugu. Sangat mudah marah tapi juga mudah untuk tertawa.
Ako: 13 tahun. Aku melihatnya sebagai saingan di sekolah dan kepribadian. Akhir-akhir ini dia membuatku tertekan.
Hiroki: 12 tahun. Orang yang keras. Hebat. Ia lebih muda dariku tapi kadangkala berubah menjadi sosok seorang kakak. Ia juga papa angkat bagi Koro, anjing kami.
Kentaro: 11 tahun. Ia memiliki imajinasi yang luar biasa tapi kadang-kadang sedikit sembrono.
Rika: 2 tahun. Rambutnya keriting seperti rambut mama, dan mukanya mirip papa (terutama matanya, jarum jam menunjukkan 8:20). Sangat manis!
Bab II – Menahan Rasa Sakit (15 Tahun)
15 Tahun – Penyakit Mulai MunculPertandaSepertinya aku semakin kurus akhir-akhir ini. Apakah ini karena tidak makan demi menyelesaikan semua PR dan penelitian? Bahkan ketika aku memikirkan untuk melakukan sesuatu yang tidak dapat kukerjakan, aku mendapat masalah. Aku menyalahkan diriku sendiri tapi aku tidak dapat membuat kemajuan apapun. Aku hanya menghabiskan tenagaku saja. Aku ingin menambah berat badanku sedikit. Aku akan mulai bertindak besok jadi rencanaku tidak berantakan.
Gerimis turun hari ini. “Aku benci pergi ke sekolah membawa payung sambil memegang tas sekolah yang berat dan tas yang satu lagi.” Selagi aku berpikir seperti ini, lututku tiba-tiba jatuh dan aku terjatuh di jalanan sempit berkerikil. Aku hanya sekitar 100 meter dari rumah. Daguku terantuk sangat keras. Aku menyentuhnya dengan pelan dan mendapatkan jemariku penuh dengan darah. Aku pungut tas-tasku dan payung yang berserakan di lantai dan berbalik pulang ke rumah.
“Ada yang ketinggalan?” Mama berkata sembari beliau keluar dari dalam. “Kau sebaiknya bergegas atau kau akan terlambat! ... Sayang, apa yang terjadi?”
Yang dapat kulakukan hanya menangis. Aku tidak mampu berkata sepatah katapun. Mama segera mengelap mukaku yang penuh darah dengan handuk. Ada pasir di lukaku.
“Kurasa ini pekerjaan dokter,” kata mama. Beliau segera membantu mengganti bajuku yang basah dan dengan lembut memplester lukaku. Lalu kami masuk ke mobil.
Aku mendapat dua jahitan tanpa anastesi. Ini terjadi karena kekikukkanku, jadi aku berusaha menahan sakit dengan menggertakan gigiku. Tapi yang paling penting, Maafkan aku, Ma, karena aku mama harus cuti hari ini.
Selagi aku melihat daguku yang nyeri di cermin, aku berpikir kenapa aku tidak menggunakan tanganku untuk menahan badanku ketika jatuh. Apakah ini karena kemampuan atletikku yang buruk? Tapi aku gembira karena lukanya ada di bawah dagu. (Jika bekas lukanya ada di tempat dimana semua orang bisa melihatnya maka masa depan pernikahanku akan suram.)
Nilai olahragaku sejauh ini:
Tingkat 7 = B
Tingkat 8 = C
Tingkat 9 = D
Betapa menyedihkan! Kurang berusahakah? Sebelumnya aku berharap circuit training yang kujalani selama libur musim panas akan sedikit membantu, tapi ternyata tidak. Aku tidak menjalaninya dalam jangka waktu yang cukup lama. Jadi kurasa hasilnya tidak begitu mengejutkan. (Tepat! = suara misterius dari diriku yang lain)
Pagi ini sinar mentari dan angin sepoi-sepoi masuk menembus gorden kuning berenda di jendela dapur. Aku sedang menangis.
“Mengapa hanya aku yang tidak jago di atletik?”
Padahal hari ini akan ada tes di papan keseimbangan.
“Tapi Aya, kau kan jago di mata pelajaran lain, benarkan?” kata mama sambil memandang ke bawah. “Di masa depan, kamu dapat memanfaatkan kemampuanmu di mata pelajaran kesukaanmu. Bahasa Inggrismu sangat bagus. Jadi kenapa kamu tidak mencoba dan menjadi ahli Bahasa Inggris? Bahasa Inggris adalah bahasa internasional jadi mama yakin akan sangat berguna nantinya. Tidak masalah jika nilai olahragamu hanya D..”
Air mataku telah barhenti. Mama telah membantuku sadar bahwa aku masih punya harapan.
Aku menjadi semakin cengeng. Dan badanku tidak mau bergerak sesuai keinginanku. Apakah aku semakin gugup karena aku malas mengerjakan PR yang hanya dapat kuselesaikan jika aku menghabiskan lima jam setiap hari? Bukan, bukan karena itu. Ada sesuatu yang salah dengan badanku. Aku takut!
Aku punya perasaan yang membuat jantungku serasa diremas.
Aku ingin berolahraga lebih sering.
Aku ingin berlari dengan sekuat tenagaku.
Aku ingin belajar.
Aku ingin menulis dengan rapi.
Aku pikir Namida no Toka-ta (Toccata)-nya Paul Mauriat adalah lagu yang bagus. Aku jatuh cinta pada lagu itu. Ketika aku makan sambil mendengarkan lagu itu, makanan terasa sangat enak, seperti mimpi.
Sekarang tentang Ako, salah seorang adik perempuanku. Selama ini aku selalu melihat sisi buruknya saja. Tapi sekarang aku dapat melihat dia sebenarnya sangat baik. Kenapa aku berpikir demikian? Nah, aku berjalan sangat pelan ketika kami ke sekolah setiap pagi, tapi dia selalu ada di sampingku. Sementara adik laki-lakiku berjalan dengan kecepatannya sendiri dan meninggalkanku. Bahkan ketika kami menyebrangi jembatan penyeberangan, dia memegang tas sekolahku dan berkata, “Aya, lebih baik kau pegang pegangannya ketika naik”.
Secara perlahan suasana hati liburan musim panasku mulai memudar.
Setelah menyelesaikan makan malam, ketika aku mau naik ke atas, mama berkata, “Aya, ayo kemari dan ayo duduk sebentar di sini.” Mama terlihat sangat serius. Aku mulai tegang dan berpikir apa yang akan diberitahukannya padaku.
“Aya,” kata mama, “akhir-akhir ini ketika kamu berjalan badanmu condong ke depan dan kamu ke depan dan kamu bergoyang ke kiri dan kanan. Apakah kamu memperhatikannya? Mama telah memperhatikannya selama beberapa waktu dan mama mulai khawatir karenanya. Mungkin kita sebaiknya pergi ke rumah sakit untuk memeriksanya.”
“Rumah sakit mana?” tanyaku setelah terdiam beberapa saat.
“Mama akan mencari rumah sakit yang dapat memberikan pemeriksaan menyeluruh. Biar Mama saja yang urus. Oke?”
Air mataku mulai jatuh tak terhentikan. Aku sangat ingin bilang, “Terima kasih banyak, Ma. Maafkan aku yang telah membuatmu khawatir.” Tapi tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutku.
Sejak mama menyarankanku pergi ke rumah sakit, aku bertanya-tanya apakah benar-benar ada yang tidak beres dengan diriku.
Apakah karena kemampuan atletikku yang begitu buruk?
Apakah karena aku begadang?
Apakah karena aku akan yang tidak teratur?
Aku tidak bisa menahan tangis ketika aku menanyakan diriku sendiri semua pertanyaan ini. Aku menangis cukup lama, mataku sakit.
Pemeriksaan MedisI go to the hospital in Nagoya with my mother. (Aya menulis ini dalam Bahasa Inggris).
Kami meninggalkan rumah jam 9 pagi. Rika, adik perempuanku yang masih bayi sedang tidak enak badan, tapi dia tetap pergi ke nursery school supaya aku dapat pergi ke dokter... kasihan!
Kami tiba di Rumah Sakit Universitas Nagoya (Kokuritsu Nagoya Daigaku Fuzoka Byouin) jam 11 siang. Kami harus menunggu sekitar tiga jam. Aku berusaha membaca buku selagi, tapi aku gugup. Aku tidak dapat berkonsentrasi seperti biasanya, karena aku sangat cemas dan takut.
“Aku menelepon Professor Itsuro Sofue (sekarang direktur dari RS Nasional Chubu),” kata mama, “Mama yakin kamu akan baik-baik saja.”
Tapi...
Akhirnya namaku dipanggil. Jantungku berdetak cepat.
Mama menjelaskan masalahku pada dokter:
1. Aku jatuh dan melukai daguku (orang biasanya akan menggunakan tangan mereka untuk menahan badannya ketika jatuh, tapi aku jatuh tepat di mukaku).
2. Jalanku goyah (aku tidak bisa menekuk lututku dengan baik).
3. Berat badanku turun.
4. Gerakanku lambat (aku kehilangan kemampuan untuk bergerak cepat).
Selagi mendengarkan, aku tercengang. Mama yang sangat sibuk ternyata memperhatikanku dengan sangat seksama! Beliau tahu segala sesuatunya tentangku... ini membuatku merasa aman. Sekarang, hal-hal kecil yang secara diam-diam kucemaskan telah diberitahukan pada dokter. Semua kecemasanku akan diatasi.
Aku duduk di bangku bulat dan menatap muka dokter. Dia (laki-laki) mengenakan kacamata dan memiliki senyum yang ramah. Dokter memintaku menutup mata, merenggangkan kedua tanganku dan mencoba menyatukan kedua jari telunjukku. Lalu aku harus berdiri dengan satu kaki. Lalu aku berbaring di kasur dan dokter menekuk dan meluruskan kakiku. Dokter mengetuk lututku dengan palu kecil. Aku sepenuhnya dibawah petunjuknya. Lalu pemeriksaan selesai.
“Sekarang mari kita lakukan CT scan,” kata dokter.
“Aya,” kata mama, “Ini tidak akan membuatmu kesakitan atau sejenisnya. Ini hanya sebuah mesin yang memeriksa kepalamu dengan cara memotong bulat kepalamu.”
“Apa! Memotong bulat kepalaku?”
Ini masalah serius buat orang yang akan di-scan! Sebuah mesin besar turun dari atas. Kepalaku sepenuhnya masuk ke dalamnya. Aku seperti sedang berkendara di luar angkasa. Seorang pria dengan baju rok putih berkata, “Berbaring diam saja dan jangan bergerak.” Jadi aku berbaring seperti yang diminta. Lalu aku menjadi ngantuk.
Setelah pemeriksaan kami harus menunggu sangat lama. Lalu kami diberi obat dan pulang ke rumah.
Aku telah menambah tugas lain di daftar perintahku. Aku tidak keberatan minum obat, bahak jika obat itu memenuhi perutku, asalkan aku dapat membaik. Dr. Sofue di RS Nagoya yang bergengsi, aku mohon padamu, tolong selamatkan hidup Aya, si kuncup bunga yang cantik. Kau bilang aku hanya perlu datang sebulan sekali karena letak rumah sakit yang jauh dan aku harus sekolah. Aku pasti akan datang menemuimu dan aku akan melakukan semua yang kau suruh. Jadi tolong sembuhkan aku, aku mohon!
Ini adalah bagian kedua dari bab 2.
PenyesalanSatu-satunya tanaman yang kami tanam di Seiryou Junior High adalah limau cina. Ketika aku pergi untuk menyiangi tanaman ini, para anak laki-laki membuat guyonan tentang cara jalanku.
“Jalan macam apa itu? Kau berjalan seperti anak TK.”
“Haha kau kelihatan berhasrat, kakimu bengkok dalam.”
Mereka tertawa sambil mengatakan apapun yang dapat membuatku marah. Tentu saja aku tidak memperdulikan mereka. Jika aku memikirkannya, air di lautan akan habis. Tapi sangat sulit untuk tidak menangis. Untung saja aku mampu menahan air mataku agar tidak tumpah.
Hari ini sesuatu yang sangat membuat frustasi terjadi.
Selama olah raga, aku tukar baju dan pergi ke lapangan.
Guru berkata, “Hari ini kita akan berlari di halaman sejauh 1 km. Lalu kita akan latihan mengoper bola basket.”
Jantungku berdebar. Lari, mengoper bola... aku tidak dapat melakukan keduanya.
“Kitou, apa yang akan kamu lakukan?”
Aku menundukkan kepalaku, dan guru melanjutkan, “Hmm.., kamu bisa belajar di kelas dengan O-san.” (O-san lupa membawa baju olah raganya)
Mendengar ini, aku mendengar ucapan teman-teman sekelasku.
“Aww ruang kelas~ beruntungnya.”
Aku dipenuhi kemarahan.
“Jika kau begitu menyenangi ruang kelas, Aku akan bertukar tempat denganmu. Bahkan jika hanya sehari, aku ingin bertukar badan. Lalu kau mungkin akan mengerti perasaan orang yang tidak dapat melakukan apapun yang mereka mau.”
Setiap kali aku berjalan, dalam setiap langkah yang kuambil, aku dapat merasakan badanku yang goyah, ini membuatku merasa lemah, aku merasa terhina dan sengsara karena tidak mampu melakukan apa yang orang lain bisa lakukan.
Bukankah ini hal yang tidak dapat kau mengerti kecuali kau mengalaminya sendiri? Bahkan jika kau tidak dapat merasakan yang mereka rasakan, aku ingin setidaknya kau mencoba melihatnya dari sudut pandangku. Tapi kupikir ini sulit dilakukan.Bahkan untukku, aku baru menyadarinya setelah ini terjadi padaku.
DemamSepertinya aku flu. Aku demam, tapi aku merasa baik dan selera makanku bagus. Tapi aku sudah tidak memiliki keyakinan atas badanku lagi. Aku ingin termometer (karena aku telah memecahkannya). Aku ingin melihat kesehatanku dalam angka. Aku akan menanyakannya pada papa.
Aya sering sakit. Ia menghabiskan uang dua kali lebih banyak dari saudara-saudaranya. Ketika aku dewasa, ketika aku sudah lebih kuat, aku akan membuat kalian hidup lebih enak. Aku akan merawat kalian seperti kalian merawatku.
Ketika aku tidur, aku memikirkan tentang banyak hal.
Tentang apa yang diceritakan oleh guru sejarahku.
Menajdi objek tertawaan adalah pengalaman yang baik untukku karena membantuku menjadi orang yang lebih kuat.
Tugas sekolah di SMP mudah jika aku belajar sedikit demi sedikit setiap hari. Tidak terlalu terlambat jika aku memulainya sekarang. Aku akan berusaha sebaik mungkin.
...
Tapi di lain pihak, kesehatanku yang buruk membuatku sangat cemas.
“Jangan menangis, dasar cengeng”. Saat yang paling sulit adalah ketika manusia tumbuh. Jika aku dapat mengatasinya, pagi yang cerah akan menantiku. Pagi yang damai penuh dengan cahaya, dengan nyayian burung, dan wangi mawar putih...
Aku ingin tahu dimana kebahagiaan berada.
Aku ingin tahu apa kebahagiaan itu.“Aya, apakah kamu bahagia sekarang?”
“Tentu saja tidak. Aku ada di dasar kesedihanku. Ini sangat sulit. Secara mental dan psikis...”
Kenyataannya adalah aku selangkah menuju aneh!
Karena burung gagak yang tadinya menangis sekarang sedang tertawa.
KarakteristikAku mencari orang dengan karakter kepribadian yang kuat karena aku sendiri tidak punya sesuatu yang istimewa.
Aku tertarik pada ide bahwa setiap individu memiliki karakteristik unik tersendiri. Bahkan mungkin di dunia yang kita tinggali ini, keunikan dan bakat kita digunakan untuk membuat yang terbaik dari kehidupan, seperti film “007.”
Dunia membutuhkan orang dengan karakter kepribadian yang kuat.
Bagaimanapun juga karakter hanya milikmu, bukan sesuatu yang kau sodorkan dan berikan pada orang lain.
Tapi orang-orang mengatasi masalah dengan cara yang berbeda, hal ini membuat jadi rumit.
Ketika hendak pulang sekolah, aku bertemu Eiko di parkiran sepeda. Selagi aku memegang rekaman “Yamato” dan “Last Consert”, Eiko meletakkan tasku yang berat ke keranjang sepeda. Eiko bilang dia ada urusan jadi kami berpisah jalan. Aku sangat menyukai Eiko yang berterus terang, tapi orang lain berpikir dia berhati dingin.
JalanAda rapat mengenai pilihan masuk SMU antara guru, mama, dan aku.
1. Kemampuan = aku masih bisa masuk sekolah umum.
2. Tentang tubuhku = sekarang hanya mengenai jalanku yang goyah, tapi kami tidak tahu apakah kondisi ini akan berubah, jadi aku harus memilih SMU yang dekat dengan rumah. Sekolahku memiliki hubungan dengan beberapa SMU jadi aku dapat memberikan surat yang menjelaskan bahwa aku tidak bisa bersekolah di tempat yang jauh.
3. Aku juga akan mendaftar di sekolah swasta = mama dan aku berpikir tentang sekolah umum, tapi guruku berpendapat lebih baik jika aku mendaftar di sekolah yang berbeda, jadi kami memutuskan untuk melakukannya.
Meninggalkan sarangAn ant to ant a flower to flower a bird to bird. Kouji
Di balik kertas yang sangat bagus ini tertulis, “Dalam rangka merayakan kelulusan Kitou-kun.” Okamoto sen-sei menulisnya untukmu, hanya untuk Aya... Aku sangat bahagia.
Beliau sedikit menakutkan, tapi beliau adalah guru yang baik yang menyukai bunga.
Aku berterimakasih padanya dengan segenap hatiku dan tersenyum dengan terima kasih. Guruku telah mengajarkanku arti lagu ini.
“
An ant to ant berarti jujur dan gamblang. Artinya ada benda seperti ‘bunga’ yang manusia sebut bunga, ‘burung yang terbang’ yang manusia sebut burung.”
Ia mengguncang langit biru yang membumbung tinggi, atap genteng sekolah, dan pohon berdaun hijau tua.
Aku tidak mengerti arti dari setengah lagu itu, tapi aku dapat bilang bahwa guruku berusaha mengatakan, “lakukan yang terbaik.” Perasaan “aku dapat melakukannya!” berkobar-kobar di dalam diriku.
“Menurutmu dengan apa beliau menulisnya?”
“Sepertinya bukan dengan kuas...”
Guruku tersenyum dan berkata, “Sebenarnya aku menulisnya dengan kumpulan tusuk gigi, menggunakan batu tinta dan tinta.”
Aku terpesona dengan ide itu.
“Apakah kamu perhatikan ada pita di sana, jadi kamu bisa mengantungnya di dinding.”
“Yupp!”
Guruku tersenyum dan pergi.
Aku tidak akan pernah lupa bahwa aku memiliki pertemuan yang sangat menakjubkan di hari kelulusanku. Tolong teruslah jadi pendukung mentalku.
Ujian Masuk Sekolah Umum
Aku sarapan “daikon” sup miso pagi ini seperti yang kuminta. Sama seperti pagi dimana aku mengikuti ujian masuk untuk sekolah swasta. Nah, aku tidak meminta sup miso waktu itu, tapi aku lulus ujian waktu makan sup miso. Jadi sebagai keberuntungan aku memintanya kali ini.
Apakah aku terlalu khawatir?
Aku pergi ke kamar mandi dua kali, dan mama mengantarku ke SMU dimana ujian diselenggarakan.
Semua orang kelihatan pintar di mataku, membuatku jadi bimbang dan tidak sabar.
Para guru mengantarkan kami ke ruang kelas tempat ujian dilangsungkan.
Ketika aku menaiki tangga, aku jatuh dan kakiku keseleo. Aku berakhir dengan mengerjakan ujian sendirian di kantor perawat. Ini sangat buruk, amat sangat buruk.
Aku menekan jam yang kupinjam dari mama ke telinga dan mencoba untuk tenang.
Keberangkatan
Yay, aku lulus! Mukaku dan mama basah oleh air mata.
Mulai hari ini aku akan mengerahkan semua upayaku dan mencoba sebaik mungkin untuk berteman dengan banyak orang, dan berhati-hati supaya tidak jatuh!!
Makan malam, seperti yang kuminta, hamburger.
Aku sangat gembira seakan-akan aku adalah pahlawan.
Aku lupa semuanya tentang kesakitan karena memaksakan badan yang tak dapat kukendalikan, karene belajar seperti orang gila. Oh, ini adalah perasaan yang menakjubkan.
Tapi ada perasaan kesepian. Aku harus memulai dengan keterbatasanku. Ketidakmampuanku mengendalikan diri menjadi semakin jelas. Bahkan jalanku tidak stabil. Ketika aku akan menabrak seseorang, aku tidak dapat segera menghindar.
Aku akan mulai berjalan di tepi lorong. Aku mungkin akan menjadi pusat perhatian teman-teman baruku. Ini bukanlah hal yang dapat kusembunyikan, jadi kurasa sebaiknya aku mulai menjadi diri sendiri saja dari awal. –Atau itulah yang kupikirkan di kepalaku, tapi aku cemas. Aku tidak tahu apakah aku mampu bertahan. Aku cemas apa yang akan terjadi pada olahraga.
Satu Kata dari Mama“Kehidupan SMU-mu tidak akan mudah. Mungkin akan ada beberapa kesulitan, dikucilkan dari hal-hal kecil dan dilihat berbeda oleh orang lain. Tapi setiap orang hidup dengan sedikitnya satu atau dua kesukaran dalam hidupnya. Jangan pikir bahwa kamu tidak beruntung. Kamu dapat melewatinya jika kamu memikirkan orang-orang yang lebih tidak beruntung darimu.”
Aku bicara pada diriku sendiri, hmmm aku mengerti. Mama mungkin lebih menderita dariku. Mama bekerja dengan memikirikan orang yang membutuhkan bantuan dan menderita. Ketika aku memikirkannya, aku dapat menerima masalahku tanpa mengeluh. Untuk kedua orangtuaku, aku, dan masyarakat, aku memutuskan untuk terus melakukan yang terbaik dengan harapan dapat hidup.
OpnameCheck-up pertamaku setelah mulai SMU. Butuh dua jam walaupun kami lewat jalan tol, jadi kami berangkat pagi-pagi.
Aku pikir aku akan menuliskan beberapa hal yang ingin kusampaikan pada dokter.
1. Semakin sulit bagiku untuk berjalan. Aku jatuh jika tidak bertumpu pada sesuatu. Sangat sulit mengangkat kakiku.
2. Aku mulai tersedak jika makan atau minum tergesa-gesa.
3. Aku sering menertawai diriku (Seperti serangai. Aku baru sadar ketika saudara laki-lakiku bertanya apa yang lucu).
4. Apa penyakit yang kumiliki?
Setelah menunggu sekian lama seperti biasa, aku diperiksa oleh seorang dokter tua dan tiga dokter muda. Kutebak untuk memeriksa kemampuan atletikku, aku harus meluruskan dan menekuk kakiku, memukul lututku, dan berjalan seperti biasa.
Mama dengan singkat memberitahu yang telah kutulis sebelumnya kepada dokter dan juga memberitahu aku masuk SMU biasa dengan bantuan teman-teman dekatku.
Setelah pemeriksaan dokter berkata, “Kamu diopname selama libur musim panas untuk pengobatan dan juga kita dapat melakukan beberapa tes. Silakan urus prosedur opname sebelum pulang hari ini.”
Eeee aku akan diopname? Oh tidak. Jika aku dapat melewati ini maka aku akan sembuh! Aku dapat dengan mudah menerimanya seperti ini, tapi aku benar-benar cemas apa yang akan terjadi pada badanku.
Rasanya seperti di ujung tanduk. Keadaan akan memburuk kecuali kita segera memperbaikinya. Aku takut. Aku disuruh menunggu hingga aku diopname untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan keempat.
Dalam perjalanan pulang aku bertanya pada mama.
“Apakah Nagodai (Nagoya Daigaku Fuzoku Byouin) rumah sakit yang bagus? Apakah mereka akan menyembuhkanku? Ini adalah libur musim panas pertamaku di SMU dan aku ingin melakukan banyak hal, jadi aku ingin diopname sebentar saja.”
“Aya, pastikan untuk menulis hal-hal yang kamu perhatikan mengenai badanmu. Tidak peduli seberapa kecil itu. Ini akan membantu pengobatanmu. Dengan demikian masa opnamemu mungkin dapat dipersingkat. Jika kamu pikirkan masa opname ini sebagai periode yang singkat dalam hidupmu, kamu dapat mengingat hal ini sebagai pengalaman yang baik. Ngomong-ngomong, mama hanya bisa mengunjungimu pada hari Minggu, jadi kamu harus mencuci bajumu sendiri, tanpa terlalu memaksakan dirimu. Mama akan membelikanmu banyak pakaian dalam, tapi ketika kamu sampai di rumah, mulailah menulis hal-hal yang kamu butuhkan dan berkemaslah.”
Dalam perjalanan, kami keluar di persimpangan Okazaki dan berhenti di rumah bibi (adik perempuan mama). Aku mulai menangis ketika mendengar mama menjelaskan kondisiku padanya.
“Aku mau menyembuhkannya tak peduli berapapun biayanya. Jika Meidai Byouin tidak bisa melakukannya, aku akan pergi ke Tokyo atau Amerika atau mencari tempat dimana seseorang dapat menyembuhkannya.”
Lalu bibi menjawab, “Aya-chan, kamu akan segera sembuh kan? Sekarang ini kebanyakan penyakit dapat disembuhkan dan lagi kamu masih sangat muda. Tapi, kamu harus percaya dan katakan pada dirimu “Aku akan membaik.” Jika kamu hanya duduk di sini dan menangis maka bahkan obat terbaik pun tidak akan berguna. Aku akan rutin mengunjungimu. Jika kau butuh sesuatu, telepon saja aku. Aku akan segera datang, jadi jangan kuatir dan tunggulah di sana.” Beliau mengeluarkan tissue dan berkata, “Ayo, usap hidungmu dan minum jus ini. Jus ini akan terasa asin jika ada air mata yang masuk ke dalam,” dan membuatku tertawa.
Aku tahu masih dua bulan lamanya, tapi waktu, tolong, berhentilah! Penyakit Aya, tolong berhentilah juga!
--------------------------------------------------------------------------
note: byouin=rumah sakitFiuh... Akhirnya Bab II sudah usai. Bab III akan segera diupload.Kalo misalnya kaskuser dihadapkan pada kondisi seperti Aya?
Punya kondisi badan yang sakit, tapi kaskuser ga tau penyakit apa yg kaskuser hadapi?
Bab III – Awal Penderitaan (16 Tahun)
Kehidupanku di Rumah SakitKehidupan baruku, pertama kalinya jauh dari rumah, dimulai.
Aku ada di kamar dengan seorang wanita yang kelihatannya berumur sekitar 50 tahun. Mama berkata, “Hormat saya untuk Anda,” jadi aku membungkukkan kepalaku padanya. Dia terlihat seperti seorang wanita pendiam dengan sorot mata yang meniratkan kesepian. Aku gugup tidak mengetahui kehidupan seperti apa yang menungguku.
Di siang hari, aku berjalan-jalan dengan wanita itu. Kami duduk di bangku di bawah pohon cherry yang sedang mekar. Sinar mentari terlihat seperti menari di antara dedaunan. Karena aku rabun jauh, aku tidak dapat melihat dengan jelas tapi aku bisa merasakan “keindahan” di antara dedaunan hijau dan cahaya.
Lalu aku merasakan “keganjilan” di dedaunan yang ditiup angin.
Aku mulai terbiasa dengan kehidupan di rumah sakit, tetapi lampu yang padam jam 9 dan makan malam di jam 4.30 adalah terlalu cepat.
Langkah telah berubah, dan hari sepertinya berlari melewatiku.
Aku harus menjalani banyak tes, seperti elektromiogram (oww.... ini menyakitkan!!), elektrokardiogram, x-ray, dan tes pendengaran.
Aku dibawa dari satu tempat ke tempat lain di rumah sakit yang besar ini, yang mudah membuat tersesat. Aku tidak tahan berdiri di lorong yang gelap. Itu bahkan membuat moodku semakin gelap.
Dokterku, Yamamoto Hiroko Sensei (sekarang seorang profesor di Fujita Hokeneisei Daigaku di Shinkeinaika) akhirnya berkata aku harus disuntik agar aku membaik. Untuk melihat kondisi sebelum dan sesudah disuntik, kami merekam jalanku, menaiki tangga, mengancing, dalam kamera 16mm.
Aku bertanya-tanya akan seperti apakah diriku ketika aku dewasa, atau sebenarnya aku dapat menjadi apa?
Ada tiga persyaratan yang harus kupenuhi:
1. sesuatu yang tidak melibatkan tubuhku,
2. sesuatu yang dapat kulakukan dengan menggunakan otakku,
3. sesuatu yang memberikanku bayaran yang pantas.
Ini sulit. Aku bertanya-tanya apakah ada pekerjaan yang memenuhi semua persyaratan ini.
Beberapa dokter muda bermain denganku. Berjingkat! Tutup matamu! Dapatkah kau melakukannya? Lalu sesuatu mengenai panggulku... Seusai itu, mereka bertanya, “Apakah menyenangkan?” Aku tidak dapat berhadapan dengan ini. Aku ingin berteriak, aku bukan kelinci penelitian, berhentilah!
Minggu, hari yang kunantikan akhirnya tiba. Mama dan kedua saudariku datang. Kami semua pergi ke atap untuk mencuci. Langit biru sangat indah. Awannya putih dan cantik. Anginnya sedikit hangat, tapi tetap terasa menyenangkan. Aku merasa seperti manusia lagi. Mereka mengambil sedikit cairan tulang belakangku. Kepalaku sakit. Sangat sakit. Apakah ini karena suntikan?
Keluarga Michan (keluarga adik laki-laki mama) datang. Mata kakekku merah. Aku berniat memberitahukannya, tapi tak bisa dan jadi aku melotot... lalu kakek bilang, “Apakah aku kelihatan aneh? Aku mendapatkannya waktu kerja dan begadang kemarin.”
Warnanya sangat hitam sehingga aku merasa tidak enak. Matanya seperti kelinci. Sepertinya beliau habis menangis.
“Aya, berjuanglah. Aku akan membawakan beberapa makanan enak untukmu lain kali. Kamu mau apa?”
“Aku mau buku. Kanashimiyo Konnichiwa (Hello sadness)-nya Sagan. Aku sudah ingin membacanya.”
Aku pergi ke ruangan psikoterapi di bawah tanah.
Aku akan menjalankan tes dari PT. Kawabashi dan Imaeda (PT=psikoterapis).
Pada waktu itu aku mengucapkan sesuatu yang bodoh. Aku tak percaya aku mengatakan pada mereka kalau aku suka B. Jepang dan B. Inggris dan aku punya kepercayaan pada kedua topik ini, dan nilaiku adalah yang terbaik di kelas. Ini sebaiknya terakhir kalinya aku membual mengenai nilaiku... membuatku kelihatan menyedihkan dan membuatku ingin merampok bank atau lainnya. Dalam banyak kasus, kau tidak bisa benar-benar menentukan seberapa pintar dirimu hanya berdasarkan nilai di rapor.
PT. Kawabashi bilang dulu dia adalah pembuat onar di sekolah.
Sebenarnya, menuruku itu lebih baik... lebih sehat.
Aku masih muda dan lihat badanku...
Aku merasa sangat sedih sehingga air mataku mulai bercucuran.
Aku seharusnya tidak mengatakan apapun lagi. Setelah membaca yang kuinginkan adalah menulis, aku merasa lebih baik.
Alasan mengapa aku belajar sangat giat adalah ini satu-satunya yang dapat kulakukan dengan baik. Jika kau mengambil belajar dariku, yang tertinggal hanyalah badan yang tak berguna ini. Aku tidak ingin merasa seperti ini.
Ini menyedihkan dan kasar, tapi inilah kenyataannya.
Aku tidak peduli jika aku bodoh. Aku hanya ingin badan yang sehat.
---------------------------------------------------------------------------
Finally...
Bab III dimulai.
Kita yang ga tau gimana rasanya sakit ga akan pernah menghargai kesehatan.
Berbeda dengan mereka yang sudah merasakan sakit..